JEMBER, kanalnews.id – Pada momentum Ramadhan penuh hikmah, Pondok Pesantren (Ponpes) Jalaluddin Ar-Rumi (PPJA), Jatisari, Jenggawah, Jember, mengadakan acara peringatan Nuzulul Quran 1444 H. Jumat (7/4/2023) malam.
Diketahui peringatan Nuzulul Qur’an yang diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan itu menjadi moment penting bagi umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Acara yang berlangsung dihalaman Ponpes tersebut dikemas dengan pengajian Akbar itu mengusung tema yang bertajuk “Penafsiran Al-Qur’an Ahlussunnah Waljamaah Menghadapi Paham Radikalisme Global”.
Pengajian Akbar pada momentum Ramadhan penuh Hikmah itu dihadiri langsung oleh jajaran pengasuh Ponpes Jalaluddin Ar-Rumi, pengurus, serta para santri putra dan putri serta muslimat anggota Majelis Taklim Al-Hamidiyah terpantau lancar dan khusyuk.
Pantauan media kanalnews.id, pada acara pengajian tersebut, Ponpes Jalaluddin Ar-Rumi menghadirkan penceramah kondang, yakni Drs. KH. Abdul Hamid Hasbullah, yang merupakan Pengasuh PP. Al-Azhar Jember.
Dalam ceramahnya, Kiai Hamid panggilan akrabnya, menerangkan tentang bagaimana berinteraksi dengan Al-Qur’an, sehingga bisa mendapatkan manfaatnya.
“Ada empat points cara mengamalkan Al-Qur’an, diantaranya; pertama mengimani Alquran berikut seluruh isinya, kedua membacanya, ketiga memahaminya dan keempat mengajarkan/menyebarluaskannya,” dawuh Kiai Hamid. Jum’at (7/4/2023) malam.
Lebih lanjut, Kiai Hamid menyampaikan, diantara keempat hal di atas, Kiai Hamid lebih fokus membahas mengenai pemahaman terhadap Al-Qur’an.
Menurutnya, selain karena menjadi tema pengajian, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang paling penting diketahui oleh para santri, terlebih mereka berada lingkungan masyarakat dengan ragam paham yang dianut.
Apalagi saat ini banyak paham yang berseberangan dengan prinsip moderasi beragama ala Ahlusssunnah Waljamaah, akibat kesalahpahaman terhadap teks-teks suci Al-Qur’an.
“Pemahaman terhadap Alquran harus bersanad. Maka di Pesantren inilah para santri bisa mendapatkan itu. Pengasuhnya jelas, alumni Annuqayah Sumenep dan Lirboyo Kediri,” tutur Kiai Hamid.
“Saya berharap para santri dapat menuntaskan masa belajarnya di pesantren, sampai benar-benar kokoh akidahnya.” Imbuhnya
Kiai Hamid juga mewanti-wanti para santri agar tidak mudah terkesima dengan penampilan luar seseorang yang belum jelas paham keagamaannya.
“Jangan terpedaya dengan yang pertama kali kau lihat, karena yang muncul pertama kali ada fajar kadzib, muncul sekejap lalu sirna,” tegasnya.
Benih radikalisme, menurut Kiai Hamid, telah muncul sejak masa Nabi, terus ada dan berkembang hingga masa kini. Untuk itu, pesantren menjadi tumpuan utama dan benteng yang kokoh dalam menjaga akidah umat yang berhaluan Ahlussunnah Waljamaah.
Kiai Hamid juga menjelaskan tentang dua macam fitnah, yakni fitnah syahwat dan syubhat. Yang kedua lebih berat daripada yang pertama. Fitnah syahwat dapat diobati dengan memperbanyak mengingat mati, sedangkan fitnah syubhat diobati dengan belajar ilmu pengetahuan agama yang benar.
Sementara itu, dalam sambutannya mewakili Pengasuh Pesantren, KH. Moh. Al-Faiz Sa’di menyampaikan bahwa selain memperingati malam turunnya Al-Qur’an, acara tersebut juga sekaligus sebagai penutupan kegiatan Ramadan 1444 H di PPJA.
“Besok para santri akan dijemput oleh orang tuanya. Niatkan tidak sekedar liburan, melainkan juga berdakwah. Selama di rumah, diharapkan untuk selalu menjaga akhlaqul karimah, memelihara hafalan Al-Qur’an, membatasi penggunaan HP, dan kembali ke pondok tepat waktu.” Pesan Kiai Faiz.
Acara peringatan NQ di PPJA ditutup dengan membacaan doa yang dipimpin langsung oleh Pengasuh, Dr. KH. A. Malthuf Siroj, M.Ag. (Suni/Red).